Senin, 08 Maret 2010 | 15:02 WIB
Aktivitas di pelabuhan petikemas Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta (19/1). Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan 5,5%, dan dapat mencapai 6,5% pada 2011, 7% pada 2012. TEMPO/Subekti
TEMPO Interaktif,
Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hartadi A. Sarwono, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun ini berpeluang meningkat ke level di atas 5 persen dari proyeksi awal Bank Indonesia sebesar 4,8 persen.
Hartadi mengatakan, membaiknya perdagangan internasional terutama ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini. Hal serupa diperkirakan juga akan mendorong beberapa negara lain untuk meningkatkan proyeksinya.
“Penyebab hal itu terutama dari faktor eksternal, meski demikian dari (faktor) internal juga akan disumbang oleh belanja pemerintah,” katanya usai rapat dengan Menteri Koordinator Perekonomian di Jakarta, Senin (8/3).
Hartadi mengingatkan, proyeksi tersebut merupakan perhitungan yang ia lakukan sendiri, bukan dari Bank Indonesia. Khusus untuk perhitungan bank sentral, saat ini satu tim masih sedang menghitung. “Tapi saya kira juga akan naik (proyeksinya), tapi berapa (besarnya) saya belum tahu,” ujar dia.
Meski pertumbuhan meningkat, inflasi diperkirakan tak banyak terkena dampak. Beberapa faktor menunjukkan inflasi triwulan pertama 2010 cukup rendah seperti yang dilaporkan Badan Pusat Statistik mengenai inflasi Januari dan Februari. Meski begitu, potensi terhadap tekanan inflasi sepanjang tahun ini masih ada. “Tapi kami akan mengendalikannya di level 5
plus-minus 1 persen,” kata Hartadi.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Anggito Abimanyu, enggan mengomentari rencana perubahan proyeksi pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, hingga saat ini Badan Kebijakan Fiskal belum menghitung realisasi dan perkiraan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama. “Karena kami menghitung itu menggunakan realisasi dua bulanan. Baru Rabu (10/3) akan kami hitung, termasuk rencana perubahan defisit anggaran perubahan nanti,” katanya.
Menurut Anggito, sampai saat ini pemerintah masih berpatokan pada asumsi pertumbuhan ekonomi 2010 sebesar 5,5 persen. Adapun untuk kuartal pertama, asumsinya masih akan tumbuh 5 persen.
Sebelumnya, pemerintah telah mengubah beberapa asumsi makro perekonomian. Inflasi yang semula diasumsikan hanya 5 persen naik menjadi 5,7-6 persen. Nilai tukar rupiah yang semula dipatok Rp 10.000 per dolar Amerika Serikat menjadi Rp 9.500 per dolar Amerika.
Harga minyak mentah Indonesia atau
Indonesia Crude Prize (ICP) naik dari US$ 65 per barel menjadi US$ 77 per barel. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tiga bulanan berubah dari 6,5 persen menjadi 7 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi tak berubah sebesar 5,5 persen.
Perubahan juga akan dilakukan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2010. Defisit anggaran yang semula hanya 1,6 persen dari produk domestik bruto berubah menjadi 2,1 persen dari produk domestik bruto menyusul rencana tambahan belanja negara, terutama terhadap belanja subsidi yang naik Rp 44 triliun.
AGOENG WIJAYA http://www.tempointeraktif.com
Read More......